Related Articles
Pengenalan Campak Dalung
Campak dalung adalah sebuah karya budaya yang menjadi warisan takbenda Indonesia, khususnya dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 270/M/2014 tanggal 8 Oktober 2014, karya ini diakui sebagai bagian dari tradisi dan ekspresi lisan (TEL) yang patut dilestarikan. Dalam budaya masyarakat nelayan, kata ‘campak’ berarti menyepak, dan ‘dalung’ merujuk pada kalung. Tarian ini mengambil tema interaksi dengan alam, khususnya gelombang laut.
Inti Gerakan Tarian
Inti dari gerakan tari campak dalung adalah saat para penari menyepak gelombang laut yang datang ke pesisir. Setiap sepakan kaki menghasilkan bunyi “pak” yang khas, bunyi ini beriringan dengan irama tepukan gendang yang mengundang semangat penari. Budaya suku laut di Bangka Belitung melengkapi pertunjukan ini dengan nyanyian yang umumnya terinspirasi dari lamunan ombak ketika mereka merenung di atas perahu. Di sini, kita merasakan luwesnya gerakan penari yang terlatih menghadapi gelombang tinggi.
Musik dan Alat Musik
Dalam pertunjukan campak dalung, tiga gendang dimainkan: gendang nganak, gendang tengah, dan gendang nduk/induk, bersama dengan satu gong dan seorang penyanyi. Kadang, pertunjukan ini juga diiringi oleh beberapa penari lainnya. Ini bukan hanya sekadar tarian, tetapi juga ungkapan seni yang memperlihatkan hubungan yang kuat antara suku Sawang dengan laut yang menjadi tempat tinggal sejati mereka. Campak dalung atau sampan geleng, merupakan simbol kebudayaan yang menjadi kebanggaan dan identitas bagi masyarakat lokal.
Judul Lagu Campak Dalung
Tradisi lisan Campak Dalung dengan syair syairnya yang memiliki nilai budaya dan maknanya masing masing terdata ada 29 judul lagu yaitu : Dalong, Cek Siti, Ketimang Burong, Dunia, Kedidi, Rentak Rintik, Mak Inang, Cemburu, Antu Berayun, Nyusur Tebing, Gajah Menunggang, Sakit Perut, Iga Iger, Cabek Pedas, Selamat Tinggal Abangku, Daek, Dekker, Nek Unai, Nak Jitun, Campak Mesir, Keteter, Anak Ayam, Andeca Andeci, Lenggang Kangkung, Puyung-puyung, Naik Gunung, Loncong, Impang-impang, dan Hitam-hitam.
MAESTRO: Batman (Rianto bin Salim)




